Pages

Monday, September 26, 2011

Absolutly thanks for your Bless

 Jakarta, 26 September 2011, 10.00 am, WIB

Terima kasih Tuhan, kau beri kami kepercayaan sekali lagi untuk merawat dan membesarkan bayi ini.
Nama                           : Monica Amanda Londong
Tempat/tgl/waktu Lahir  : RS. Sari Asih Tangerang/24 September 2011/22.00 pm, WIB
Panjang, Berat              : 50 cm, 3 kg
kelahiran/kondisi           : Normal

Semoga kebahagian seperti ini juga dirasakan oleh banyak orang, semua teman-teman kami, saudara-saudari kami,  dan keluarga kami.
Apapun yang terjadi hari hari menjelang dan setelah kelahiran anak ke-dua kami, krisis ekonomi eropa, pengjuan Palestina sebagai anggota PBB, 24 September 2011, ledakan bom di Ambon, 25 September 2011, terjadi ledakan bom bunuh diri di Gereja di Solo, apapun itu kami percaya kau memiliki rencana yang indah bagi seluruh keluarga pelaku dan korban, bagi masyarakat sekitar, dan bagi kebaikan kami semua sebagai sebuah entity bangsa.
Finally, Let's say absolutly thanks for your nice gifting.

Monica Amanda londong and  sister, Anastasia Erica Londong








Absolutly thanks for your Bless...

Friday, September 23, 2011

Differensiasi & Low cost

Denpasar, 23 September 2011, 8.30 AM, Wita



Rabu, 21 Sept lalu, management dan manager meeting. subject meeting, mencari solusi atas permasalahan di produksi terkait dengan Capcity, Delivery, dan Quality.  Jelas, data menunjukkan kalau kami memiliki masalah besar di semua aspek ini.
Dari beberapa case terkait dengan kinerja produksi seperti diatas. Kami mngambil kesimpulan bahwa ditingkat manager tidak optimal dalam melakukan peran managerial. Peran managerial yang saya maksud yaitu Plannind, Developing, Organizing, Leading, dan Controlling.Mengapa ini bisa terjadi ? Pasar bergerak dengan sangat sangat cepat ( dan brutal ), bisnis diindustri seperti ini, tidak hanya bicara dimensi quality yang terukur. tapi juga " taste " . Item produk  dengan variasi sangat banyak tapi  dalam lot-lota kecil, dimana semuanya diproses berdasarkan order ( MTO ) ditambah faktor "taste" tadi. Memaksa manufacturing kami  menerapkan  strategi  Diferensiasi bersamaan dengan Low Cost. No way ! Low Cost dan Differensiasi harus kami terapkan bersamaan.

Perusahaan memiliki segmentasi pasar yang unik. yaitu Hotel, Restaurant, Cafe (HoReCa) dan  Retail. HoReCa memiliki karakteristik yang sangat berbeda dibanding Retail. Pasar ini dikendalikan oleh para Chef yang berkarakteristik "seniman", Konsekuensinya: 1) develope new produk sudah menjadi hal yang "biasa" meskipun dengan biaya produksi  lebih tinggi. sampai saat ini kami memiliki lebih dari 300 Item produk dengan 20-an Line prodess 2) lead time produksi yang sangat pendek (bayangkan mulai dari Raw sampai finish product waktu pengerjaannya rata-rata dua sampai tiga hari ), 3) Model manufaturing kita MTO, make to order. 4) Control quality product yang sangat ketat, karena tidak hanya memiliki dimensi quality yang tampak ( size, color, visual, dll ) tapi harus memenuhi aspek taste. Dengan komposisi spice 80% impor (europe).

Terkait dengan fungsi pembelian, stock , dan perencanaan produksi tentunya kombinasi dari aspek diatas dan beberapa detail aspek lainnya berpotensi besar  dalam menyebabkan kekacauan di lantai produksi (line manufacturing crowded)

Up Grade Sistem IT  sudah jelas menjadi target utama, tapi ini merupakan project jangka panjang, Tahapan  " Analisis system " memiliki prosentase waktu  hampir 60% dalam develope system IT. ya .. ok lah kalau begitu poinnya  Integral Sistem seperti ini memerlukan waktu lama, barangkali lebih dari 12 bulan sampai ke tahap Trial.

Dari beberapa kemungkinan disamping problem Integral Sistem IT , kami menemukan bahwa Struktur Organisasi Perusahaan sudah tidak mendukung, jika dikaitkan dengan  kombinasi strategi diferensiasi dan Lowcost .
Kekuatan ( Capasitas Produksi ), kecepatan ( Lead Time delivery proses ) , dan ketelitian ( Quality, pesisi product ) merupakan  target utama kami. Seorang pelari memeiliki  karakteristik otot tertentu misalnya. Sama dengan konsep ini. Struktur Organisasi berperan sebagai tulang dan otot. Struktur yang tidak support akan menghasilkan  output yang berlawanan dengan tujuan organisasi. 

Setelah kami dapatkan draftnya, tgl 21 Sept 2011, kami matangkan bersama manager yang lain. Ada beberapa modifikasi, tapi intinya kami 100% agree, struktur adalah satu dari beberapa akar permasalahan yang ada. Dalam tempo secepatnya, sampai bulan depan action ini harus berjalan. Tahap pertama kami akan bergerak dari struktur produksi dan operation. baru ke fungsi-fungsi yang lain (pembelian, penjualan, keuangan, dll ). 

Tidak ada kata istirahat, Pasar bergerak dengan cepat,  no way,  idealnya kita berada didepannya, jika tidak bisa didepan, minimal terus merapat dibelakangnya.




Differensiasi & Low cost...

Thursday, September 22, 2011

No Subtitle

Jika badanmu terasa letih ...
Biarkan hatimu yang lakukan sisanya !

Denpasar, 22 September 2011, 08.30 PM Wita
No Subtitle...

Saturday, September 10, 2011

Budaya Statistik


Statistik ....
Kembali ke masa-masa kuliah,  ilmu ini yang saya pikir paling aneh. Sama anehnya dengan saat mempelajari  Teori Relativitas waktu SMA kelas 3. Diperlukan pemahaman  istilah yang saya pikir tidak umum. misal  di statistik kita mengenal istilah probabilitas, tingkat keyakinan, faktor error, dan berbagai macam tools analisys. Sampai saya berpikir,  bagaimana ilmu ini bisa berguna dalam kehidupan riil.

Ternyata pemikiran masa lalu saya ini salah. 100 % salah !
Masih lekat di ingatan saat Pemilu, bagaimana begitu akuratnya prediksi quick count. Bagaimana bisa menghasilkan result yang sedemikian akurat, jawabannya hanya satu. STATISTIK

Itu hanya sebagian kecil kontribusi Statistik dalam bidang politik,  bagaimana dengan dunia industri ? Setali 3 uang. Dalam perkembangannya, statistik semakin menjadi  metode yang  sangat penting dalam management industri. Tentunya dengan format yang tampak bebeda. misal Statistik muncul dalam bentuk Total Quality Management atau TQM, lalu muncul  saat implementasi ISO, penerapan Quality Control Circle ( QCC ), GKM, implementasi 6 Sigma, dan masih banyak lagi.

Minat pada Statistik harus menjadi bagian dari Budaya perusahaan, ini bisa diwujudkan dengan menjadikannya kompetensi dasar bagi  leader di semua level dalam perusahaan. Mulai grup Leader, Supervisor, hingga manager harus memahami Statistik.
Statistik yang seperti apa ?

Statistik yang saya maksud yaitu Statistik Process Control atau biasa kita kenal SPC. SPC digunakan untuk menjamin proses produksi dalam kondisi baik dan stabil atau produk yang dihasilkan selalu dalam daerah standar, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap titik origin dan hal-hal yang berhubungan, dalam rangka menjaga dan memperbaiki kualitas produk sesuai dengan harapan. 
Dalam SPC dikenal adanya “seven tools”. Seven tools dari pengendalian proses statistik ini adalah metode grafik paling sederhana untuk menyelesaikan masalah. Seven tools tersebut adalah: Check Sheet, Stratifikasi, Histogram, Pareto, Fish Bone, Control Chart, Diagram Sebar.

Dalam prakteknya empat yang saya sebut pertama merupakan dasar dan sangat penting perannya. tanpa mengesampingkan metode yang lain penguasaan dan implementasi keempat alat kendali ini dengan  tepat, akan menghasilkan output  yang significant. Dari pengalaman, empat metode ini merupakan dasar dari semua metode statistik  yang "tampak" modern  di manufacture.

Bagaimana perusahaan bisa menerapkan ini ? sebelumnya saya akan tanya, apakah anda atau karyawan anda alergi dengan Matematika ? Apakah anda atau karyawan anda alergi dengan data angka ?

Saya tidak katakan  harus ahli dalam  ilmu Matematika ya.  Kata-kata "alergi" identik dengan tingkat ketertarikan atau minat. SPC tidak jauh dari angka dan perhitungan meski bisa dibilang itu masih hitung-hitungan sederhana, misal membuat Summary, Rata-rata, Nilai Tengah, dll.
Minat atau bahasa kerennya " Interest " karyawan bisa dimulai dengan minat mereka pada matematika.
Informasi ini sangat berguna saat perusahaan melakukan Recruitment.
GO TO HELL .. bagi siapapun yang bilang ini hanya teori.

Menjadi tidak penting perusahaan menerapkan berbagai macam sistem pengendalian manufacture. mulai dari Sistem ISO, Kaizen, TQM, Siq Siqma, QCC, dan lain sebagainya, jika di level leader tidak berminat pada angka-angka di check sheet. ini hal yang paling sederhana, yaitu bagaimana minat seseorang diukur dengan melihat bagaimana memperlakukan dan merawat dokumen. Bagaimana mengandalkan orang-orang yang membiarkan oli dan kotoran memenuhi lembaran check sheet ?  saya tidak melihat ini hanya lembaran kertas, tapi lebih dari itu, yaitu " kepedulian" dan " minat"  karyawan atau bahkan leader.
Pertanyaannya, Mengapa ini harus dimulai di tingkat Leader ?
Leader merupakan sosok panutan, ingat orang Indonesia masih kental dengan Budaya Paternalistik,

Berikut beberapa definisi Pemimpin Paternalistik ;

1. Dari segi persepsi yang timbul, pemimpin paternalistik banyak diwarnai oleh harapan dari para pengikutnya untuk dapat berperan aktif sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak untuk dijadikan tempat bertanya dan memperoleh petunjuk.
2. Dari segi sifat, pemimpin yang paternalistik mempunyai sifat yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian pada kepentingan dan kesejahteraan bawahannya.
3. Dari segi nilai yang dianut, biasanya pemimpin paternalistik lebih mengutamakan kebersamaan serta adanya perlakuan yang seragam yang lebih menonjol.
4. Dari Segi sikap yang dianut, bahwa pemimpin harus mengetahui segala seluk beluk kehidupan organisasional, sehingga yang terjadi adalah adanya pemusatan pengambilan keputusan dalam diri pemimpin dan bawahan hanya sebagai pelaksana saja.
5. Dari ke empat faktor yang diuraikan diatas, maka penonjolan dominasi keberadaan pemimpin dan penekanan yang kuat pada kebersamaan serta lebih bercorak pada yang bersifat sebagai pelindung, bapak, dan guru.

Kesimpulannya dalam budaya paternalistik, seorang pemimpin dianggap sebagai orang yang selalu bisa memecahkan masalah, menjadi sosok panutan, dan sangat dihormati. Nah, coba anda bayangkan jika seorang leader, memiliki persepsi yang salah terhadap pemahaman fungsi Statistik dalam proses control, bagaimana dengan bawahannya. Jika hal dasar ini tidak bisa dikelola dengan benar, data-data menjadi tidak valid, dan hasil analisa tidak akan tepat sasaran. Seiring waktu proses statistik hanya akan menjadi rutinitas yang membosankan bahkan "menjengkelkan" bagi karyawan, dan tidak lebih dari Formalitas untuk mendapatkan Sertifikasi.

Mari berandai-andai, apabila kondisi ini terjadi di level middle dan Top dalam organisasi perusahaan.Contohnya level Supervisor atau Manager. Jika dilevel pemimpin tengah ( midle leader ) dan atas ( Top leader ) memiliki ketidaktertarikan terhadap penerapan statisctic, bisa dipastikan seluruh elemen organisasi juga memiliki  Mind Set yang identik. Akibatnya pemecahan-pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan ilmu statistik menjadi  sesuatu yang aneh. Pengambilan keputusan lebih didominasi oleh faktor Feeling, Naluri, dan Perkiraan ( Trial-Error ). Saya tidak perlu lagi menjelaskan jika ini terjadi. Sistem akan Crowded / kacau, selalu timbul masalah, efisiensi rendah, dan akan bermuara pada apa yang dinamakan " Menurunnya Daya Saing Perusahaan ".

Oleh karenanya sosialisasi dan pemahaman akan peranan statistik harus benar-benar meresap dan disadari sepenuhnya pertama oleh Leader, saya berpikir Trainning Statistic untuk Level leader harus memiliki porsi yang besar, baru setelah itu sosialisasi ke karyawan.  Sejak usia pendidikan dini, Matematika menjadi  momok, dan "tidak diminati" oleh sebagian orang Indonesia. Ini tantangannya, merubah pola pikir ini tidak mudah.
Tetapi tidak ada kata "tidak bisa", yang ada hanya " tidak bersedia", Jika sudah menunjukkan indikasi seperti ini, saran saya sederhana, promosikan seseorang untuk menggantinya.

Tidak ada kata tidak bisa, yang ada hanya " tidak bersedia", Jika sudah menunjukkan indikasi seperti ini, saran saya sederhana, promosikan seseorang untuk menggantinya.



Saat karyawan menghargai  check sheet-check sheet di lantai produksi, mereka jaga kebersihannya, mereka tulis dengan angka-angka yang terbaca dengan jelas. Supervisor-supervisor  dengan antusias mengolah data-data ini, dan bersama-sama manager menganalisa dan menetapkan suatu strategi. Saya katakan, Statistik sudah menjadi Budaya Perusahaan. Dengan sedikit sentuhan PDCA, anda sudah memiliki sistem kendali process yang luar biasa efektif.

Good Luck !




Budaya Statistik...

Wednesday, September 07, 2011

SISTEM, sistem, Sistem


" Sistem ... ", saya yakin, sudah sering anda dengar kata ini. 
kadang Bos  dengan nada tinggi bilang " Kalian harus ikuti sistem, kalau tidak .... bla..bla..bla...bla ". Atau " kenapa kamu tidak ikuti sistem ..... '. dan masih banyak ungkapan-ungkapan yang meminjam kata " sistem ".

Tapi, tahukah anda kalau terkadang kita itu mengartikan sistem dengan definisi yang keliru ?

Dalam Lingkungan  management manufacture, saya memiliki definisi seperti berikut. Sistem yaitu sekumpulan elemen meliputi prosedure, aturan, metode kerja, resources seperti mesin dan manusia ( resources) yang bersinergi dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Jika anda memiliki definisi yang berbeda, tapi kurang lebih kita miliki dulu persepsi yang sama.

Paragraf sebelumnya saya menyatakan, kita sering mengartikan sistem dengan definisi yang keliru. Yang saya maksud yaitu adanya penyempitan makna. Sistem diartikan hanya sebatas " aturan ", " prosedure ", atau " metode/cara ". Sehingga  jika ditemukan  ketidak sesuaian dalam implementasinya, faktor manusianya yang tidak mengikuti sistem.
Dimana kelirunya, elemen manusia dikeluarkan dari definisi sistem. Inilah kekeliruannya. Seorang manager begitu mudah membuat aturan, tanpa dia melihat tingkat kesiapan elemen yang lainnya. Ok saya bicara yang normatif ... ASK, Attitude, Skill dan Knowledge. Terlihat teoritis memang, tapi percayalah jika ini benar. 
Bagaimana mungkin Aturan bisa berjalan kalau Human-nya tidak di beri pemahaman. Atau trainning jika itu memerlukan ketrampilan dan pengetahuan tertentu.
Saya sih cuma bilang, ini type manager yang tidak mau capek. Hanya bermain di level konsep dan teoritis , dan berpikir semuanya akan berjalan sesuai rencana. 

Ok, Intinya, jika kita akan menerapkan sistem, cek kesiapan seluruh elemen terkait. Jika ada kekurangan siapkan  juga langkah antisipasinya. mulai trainning, sosialisasi, kalau perlu indoktrinasi. Jadi secara tidak langsung kita juga menjadi bagian sistem itu sendiri.

Jika sudah normal, sistem akan  berjalan dengan sendirinya. Sebelum anda benar-benar lepas. Pastikan sistem membentuk " close loop ", yaitu sistem tertutup. Modifikasi sedikit prosedure kerjanya, agar Sistem bisa melakukan kontrol dan mengkoreksi secara automatis. 
Saya menyebutnya sistem yang  "Pintar". Sistem akan kontrol dirinya  sendiri.
Contoh :
Sistem memerlukan indikator keberhasilan. karena hakekatnya sistem bersinergi untuk mencapai tujuan. Tentukan indikator tingkat pencapaian tujuan ini secara Kuantitatif  atau terukur, berdasarkan data.
Kalau sudah anda tentukan, Buat Prosedure  Report secara  periodik kepada anda. Ketepatan dalam kolektiv data dan penentuan indikator sangat penting untuk mengidentifikasi apakah sistem berjalan normal atau tidak. 
Mekanisme report saya pikir tidak perlu waktu berjam-jam saya pikir. mungkin 2 jam, 1 jam, atau bahkan 15 menit. Namun 15 menit anda, akan sangat berpengaruh pada bagaimana berjalannya sistem.

Sesuaikan sistem dengan kemampuan sumber daya anda, atau sebaliknya, sesuaikan kemampuan resources dengan sistem anda. 

Salam Sukses !





SISTEM, sistem, Sistem...

Sunday, September 04, 2011

Cerita dari Pasuruan ....

Denpasar, 4 September 2011, 12.05 WITA


Semalam Saya ada pekerjaan di luar Factory, saya ajak seorang teknisi baru. Sebelumnya  saya belum begitu mengenalnya, karena biasanya staff head mekanik yang handle aktivitas ini. Bersamaan  cuti libur idul fitri, ya sementara saya yang take over.
Pk. 19.30, sambil makan malam, saya banyak  dengar dari teknisi ini, mengenai tingkah laku Pesonalia yang benar-benar menguji emosi. 
Teknisi saya  sebut saja namanya X, berasal dari Pasuruan, kurang lebih 60 km dari Surabaya. Lho kenapa kerja di Bali, bukannya di sana banyak industri ? itu pertanyaan pertama saya, saat dengar dia dari pasuruan.
Ternyata dari cerita si X ini, pernah dari beberapa perusahaan besar di Pasuruan, diantaranya punya PMA Jepang, untuk menjadi karyawan kontrak setahun, dia harus memberi tip sekitar 1.5-2 Juta ke oknum Personalia. dan untuk menjadi karyawan tetap ratenya sebesar 12 Juta-an
Gila !!!!!
Kegilaan Ini yang akan saya sharingkan  dengan anda.
Saya pernah mendengar praktek oknum personalia ini di tahun 2000-an di Jakarta, Tangerang. Ternyata ini bukan masa lalu. Harus ada penelitian ilmiah untuk membuktikan kebenarannya. 
Lepas benar atau salah pastinya ada praktek-praktek yang tidak etis, dan sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip Human Resources Management. 
Saya sih punya keyakinan praktek ini hanya ada di sebagian kecil Perusahaan, tidak di sebaliknya. I hope so ...
Ok, kita berandai-andai jika praktek ilegal ini ada. Oknum-oknum ini tidak akan bekerja sendiri, tapi secara berkelompok, dan melibatkan beberapa orang lokal bodoh yang kebetulan menduduki posisi struktural penting.
Sebelum kita berbicara lebih jauh, saya akan berikan gambaran terlebih dahulu mengenai karyawan kontrak di Indonesia.

Karyawan Kontrak

Merujuk pada UU 13/2003 tentang ketenagakerjaan karyawan kontrak adalah pekerja yang memiliki hubungan kerja dengan pengusaha dengan berdasarkan pada Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Pengaturan tentang PKWT ini kemudian diatur lebih teknis dalam Kepmenakertrans No. 100/2004 tentang ketentuan pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu.
Outsourcing adalah penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain. Outsourcing diatur dalam UU 13/2003 dan Kepmenakertrans 220/MEN/X/2004 tentang syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain. Beberapa ketentuan pokok dalam outsorcing adalah penyelenggara outsourcing harus berbadan hukum, hak-hak normatif harus diberikan kepada karyawan outsourcing, bila hak-hak normatif tidak diberikan maka demi hukum karyawan outsourcing itu menjadi karyawan dari perusahaan pemberi pekerjaan, yang boleh di-outsource hanyalah proses-proses pendukung saja (bukan proses utama atau core business perusahaan). Karyawan outsourcing bisa merupakan karyawan tetap ataupun kontrak, hal itu bergantung kepada sifat pekerjaannya (apakah memenuhi syarat untuk kontrak?) dan juga bergantung kepada kebijakan pengelola outsorcing itu.


Karyawan Kontrak dalam Ketenagakerjaan Indonesia
Karyawan kontrak dalam perarturan ketenagakerjaan di Indonesia memang diperbolehkan dan sudah diatur. Kontrak kerja untuk karyawan sejatinya dimaksudkan untuk diberlakukan kepada pekerjaan-pekerjaan yang memiliki karekteristik tertentu, yaitu :
1.       Pekerjaan yang selesai atau sementara sifatnya
2.     Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak    terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun
3.     Pekerjaan yang bersifat musiman
4.     Pekerjaan yang berkaitan dengan produk baru, kegiatan baru atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan
Hal tersebut sesuai dengan UU ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003.

Karyawan Kontrak di Perusahaan / Industri
Karyawan kontrak adalah karyawan yang diperbantukan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rutin perusahaan, dan tidak ada jaminan kelangsungan masa kerjanya. Dalam hal ini kelangsungan masa kerja karyawan kontrak ditentukan oleh prestasi kerjanya. Apabila prestasi kerjanya baik, akan diperpanjang kontrak kerjanya. Dampak psikis dari ketentuan yang menyatakan masa kerja karyawan kontrak tergantung pada prestasi kerjanya adalah karyawan kontrak menjadi mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan karyawan menginginkan untuk dapat terus bekerja dan mendapatkan penghasilan dari pekerjaannya. Penghasilan tersebut dipergunakan karyawan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
Fenomena karyawan kontrak di Indonesia sendiri memang sudah berlangsung cukup lama, baik dilakukan oleh perusahaan lokal atau asing. Swasta atau milik pemerintah. Sebagai bagian dari sistem ekonomi kapitalis dunia maka fenomena tenaga kerja kontrak atau dikenal dengan istilah oursourcing ini kian banyak dipilih sebagai alternative mendapatkan tenaga kerja yang murah, cepat, dan beresiko lebih rendah. Seseorang yang dikontrak biasanya beban kerjanya hampir sama atau bahkan lebih berat dari pada pegawai tetap, namun dari segi gaji atau fasilitas lainnya tentu saja sangat berbeda. Bayangkan saja berapa keuntungan perusahaan dari segi produktifitas misalnya, termasuk tidak adanya ketentuan pesangon yang jelas apabila perusahaan tidak lagi menggunakan jasa si tenaga kerja kontrak. Banyak perusahaan outsource (penyedia tenaga kontrak ) yang melihat peluang ini. Sehingga perusahaan yang membutuhkan pegawai kontrak tinggal memesan sesuai kualifikasi yang diinginkan. Namun persoalan yang ditimbulkan akibat sistem kontrak ini seakan tak berkesudahan. Mulai dari PHK sepihak, tidak adanya pesangon yang memadai, dan terlebih lagi tidak adanya perlindungan hukum bagi karyawan kontrak yang akan menuntut haknya di pengadilan.

Perbedaan Karyawan Kontrak dengan Karyawan Tetap
Perbedaan utama dari status karyawan kontrak dan tetap adalah dari status legalnya, jika karyawan tetap tidak memiliki jangka waktu untuk karyawan kontrak memiliki jangka waktu. Hal ini juga dituangkan dalam Perjanjian kerja karyawan, karyawan kontrak akan diberikan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang artinya memiliki jangka waktu habisnya hubungan kerja, sedangkan Karyawan tetap dituangkan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).

Definisi dan ketentuan yang berlaku untuk karyawan kontrak adalah sbb:
1.  Karyawan kontrak dipekerjakan oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu saja, waktunya terbatas maksimal hanya 3 tahun.
2. Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan kontrak dituangkan dalam “Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu”
3.  Perusahaan tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan
4. Status karyawan kontrak hanya dapat diterapkan untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
a.  Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya
b.  Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun ;
c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
e. Untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak dapat diberlakukan status karyawan kontrak.
5. Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disepakati bersama, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar gaji karyawan sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja
6. Jika setelah kontrak kemudian perusahaan menetapkan ybs menjadi karyawan tetap, maka masa kontrak tidak dihitung sebagai masa kerja.

Definisi dan ketentuan yang berlaku untuk karyawan tetap adalah sbb:
1. Tak ada batasan jangka waktu lamanya bekerja
2. Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan kontrak dituangkan dalam “Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu”
3. Perusahaan dapat mensyaratkan masa percobaan maksimal 3 bulan.
4. Masa kerja dihitung sejak masa percobaan.
5. Jika terjadi pemutusan hubungan kerja bukan karena pelanggaran berat atau karyawan mengundurkan diri maka karyawan tetap mendapatkan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja (bagi karyawan yang bekerja minimal 3 tahun) dan uang penggantian hak sesuai UU yang berlaku.
Mengenai gaji, fasilitas, kesejahteraan,cuti dll karyawan kontrak dapat memiliki hak yang sama dengan karyawan tetap tergantung dari perjanjian kerja yang disepakati bersama. Oleh karenanya semua hak dan kewajiban masing-masing pihak harus dicantumkan semua dalam perjanjian kerja dan karyawan harus cermat dan jeli mempelajari perjanjian kerja yang dibuat oleh perusahaan.

Mengurangi Jumlah Karyawan Kontrak
1.    Dalam upaya penyehatan perekonomian Indonesia, salah satu yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah berusaha mendatangkan investor ke Indonesia untuk membuka lapangan kerja. Dengan lapangan kerja meningkat, maka pengangguran bisa ditekan. Agar para pengusaha menanamkan investasinya, pemerintah melakukan perubahan sejumlah regulasi terkait sistem perburuhan.
2.     Membuat peraturan perundangan yang tidak merugikan para pekerja.
3.     Meningkatkan kualitas SDM
4.     Menunjang pembukaan UKM
5.     Adanya peraturan pemerintah ynag tegas terhadap para pengusaha agar bersikap bijaksana terhadap para karyawannya.
6.     Hendaknya para pengusaha mengetahui juga kerugian yang di dapat apabila mempekerjakan karyawan kontrak, tidak hanya memikrkan keuntungannya saja.

Mudah-mudahan  info diatas  bisa bermanfaat .
Mari kita lanjut  perbincangan kita.

Status kontrak merupakan solusi tengah antara Pemerintah, Pekerja dan Pengusaha. Kalau bicara hukum, semua ada dasarnya dan legal. Tapi  ternyata ada orang Indonesia  yang sangat kreatif  dan melihat ini suatu peluang. Seperti cerita si X ini, Oknum-oknum Personalia  dan kelompoknya menarik Tips, untuk setiap perekrutan. Jika setiap tahun " dibuat seolah olah " memerlukan  pergantian/penambahan  dan prosentase karywan kontraknya relatif besar. Wow ...

Saya benar-benar benci dengan praktik-praktik ini, Jika anda menemui hal seperti ini, yakinlah bahwa orang-orang yang terlibat  didalamnya  harus dipastikan keluar dari sistem organisasi perusahaan.

SAVE OUR MANUFACTURE !







Cerita dari Pasuruan .......